Sebagian anggota Komunitas GAYa Nusantara Gresik. (SI)
Cihuiiii... Kehidupan Komunitas Gay
di Kota Santri Gresik Juga Banyak
KEHIDUPAN kelompok homoseksual, man sex man atau lelaki suka lelaki (LSL) di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ternyata tidak kalah dengan Kota Surabaya.
Komunitas gay di kota santri ini, ternyata jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Anggotanya berasal dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) hingga pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hanya saja, mereka tetap menyembunyikan eksistensinya sebagai gay.
Masih ingat insiden pembatalan rencana Konferensi Regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association yang tidak berhasil diselenggarakan di Kota Surabaya. Acara yang sedianya digelar 26-28 Maret 2010 itu ditolak mentah-mentah berbagai kelompok masyarakat.
Kendati ditolak dan ditentang, sadar atau tidak sadar, setidaknya kelompok-kelompok seksual minoritas tersebut tumbuh menjamur. Tidak terkeculai di Kabupaten Gresik yang berjuluk Kota Santri. Berdasar data GAYa Nusantara Gresik, saat ini anggotanya mencapai sekira 400 atau sedikitnya 200 pasang.
"Terus meningkat dari tahun ke tahun. Tiga tahun lalu masih ada sekitar 250 orang yang mendaftar. Tetapi sekarang hamper 400 orang," aku Muhammad Mukhlas, Ketua GAYa Nusantara Gresik beberapa waktu lalu.
Dari jumlah tersebut, rata-rata kelompok gay Gresik dari kalangan menengah ke atas. Terungkap ada yang berstatus PNS, ada juga seorang dokter. Banyak juga yang pegawai BUMN di Gresik. Menariknya lagi, anggota TNI maupun polisi yang dikenal begitu ngelangi (maco, red) juga menjadi anggota komunitas gay Gresik.
Dari angka tersebut, terungkap juga hampir 90 persen anggotanya memilih sembunyi-sembunyi menjadi kaum gay. Mengingat, saat ini masyarakat masih yang belum menerima keberadaan kaum gay.
Masyarakat masih menganggap gay merupakan penyakit yang harus disembuhkan. Berangkat dari situ, banyak kaum gay yang menutup diri di tengah masyarakat, takut dikucilkan dari pergaulan.
"Kami tidak ingin Gresik yang selama ini dikenal dengan sebutan Kota Berhias Iman menjadi Kota Berhias Kuman, karena itu para gay di Gresik masih sembunyi-sembunyi," kelakar Muhammad Mukhlas yang akrab dipanggil Mamad tersebut. (Koran SI/okezone.com/klc-1)
di Kota Santri Gresik Juga Banyak
KEHIDUPAN kelompok homoseksual, man sex man atau lelaki suka lelaki (LSL) di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, ternyata tidak kalah dengan Kota Surabaya.
Komunitas gay di kota santri ini, ternyata jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Anggotanya berasal dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) hingga pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hanya saja, mereka tetap menyembunyikan eksistensinya sebagai gay.
Masih ingat insiden pembatalan rencana Konferensi Regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender dan Intersex Association yang tidak berhasil diselenggarakan di Kota Surabaya. Acara yang sedianya digelar 26-28 Maret 2010 itu ditolak mentah-mentah berbagai kelompok masyarakat.
Kendati ditolak dan ditentang, sadar atau tidak sadar, setidaknya kelompok-kelompok seksual minoritas tersebut tumbuh menjamur. Tidak terkeculai di Kabupaten Gresik yang berjuluk Kota Santri. Berdasar data GAYa Nusantara Gresik, saat ini anggotanya mencapai sekira 400 atau sedikitnya 200 pasang.
"Terus meningkat dari tahun ke tahun. Tiga tahun lalu masih ada sekitar 250 orang yang mendaftar. Tetapi sekarang hamper 400 orang," aku Muhammad Mukhlas, Ketua GAYa Nusantara Gresik beberapa waktu lalu.
Dari jumlah tersebut, rata-rata kelompok gay Gresik dari kalangan menengah ke atas. Terungkap ada yang berstatus PNS, ada juga seorang dokter. Banyak juga yang pegawai BUMN di Gresik. Menariknya lagi, anggota TNI maupun polisi yang dikenal begitu ngelangi (maco, red) juga menjadi anggota komunitas gay Gresik.
Dari angka tersebut, terungkap juga hampir 90 persen anggotanya memilih sembunyi-sembunyi menjadi kaum gay. Mengingat, saat ini masyarakat masih yang belum menerima keberadaan kaum gay.
Masyarakat masih menganggap gay merupakan penyakit yang harus disembuhkan. Berangkat dari situ, banyak kaum gay yang menutup diri di tengah masyarakat, takut dikucilkan dari pergaulan.
"Kami tidak ingin Gresik yang selama ini dikenal dengan sebutan Kota Berhias Iman menjadi Kota Berhias Kuman, karena itu para gay di Gresik masih sembunyi-sembunyi," kelakar Muhammad Mukhlas yang akrab dipanggil Mamad tersebut. (Koran SI/okezone.com/klc-1)
0 Response to " "